Catatan Satu Bulan: Adelaide

its_dibah
2 min readMar 18, 2025

Besok adalah genap satu bulan sudah aku menempati kabupaten ujung barat bawah Australia. Memang begitulah, kabupaten Adelaide. Selayak kabupaten pada umumnya, berbeda dengan kota yang ramai jalanannya, karena di sini yang ramai hanya isi kepala. Haha.

Bertemu berbagai banyak makhluk hidup, manusia, namun belum juga aku bertemu kangguru atau koala. Dua sosok ikonik benua dan tentu saja menghafal gerakan break dance yang sangat random-jumping itu tidak membantu apapun selain sakit pinggang.

Bulan Ramadhan telah lewat setengah bulan, seketika rindu bergema mencari takjil gorengan. Di pinggir maskam (masjid kampus) timur, gerobak dan tenda itu berjajar teratur. Menanti rezeki yang pasti sampai, sebelum suara adzan menggapai. Bahkan ada yang jualan sama-sama es pisang ijo, sebelahan, tapi tidak saling sikutan. Malah mereka tukar menukar recehan.

Kalau semboyan you are what you eat adalah hal yang sangat biasa terdengar, maka: You are what you look for mungkin bisa terasa berbeda.

Pernah suatu ketika diceritakan, seorang ulama dari Mekah pergi menuju New York, dan seorang pemabuk pergi dari New York menuju Mekah. Sesampainya kembali ke kota masing-masing, sang ulama dan pemabuk pun saling mengabarkan apa yang mereka temukan.

Ulama: Ternyata di New York banyak ahli ilmu dan komunitas ilmu dan agama yang hebat.

Pemabuk: Benarkah? Aku tidak pernah menemukan mereka. Lagi pula di Mekah ada juga ternyata night club dan beragam miras kualitas terbaik.

Ulama: Bagaimana kau bisa menemukannya, aku belum pernah menemukannya?

Long short story, mereka menyimpulkan bahwa kita adalah apa yang kita cari. Dimanapun, kapanpun, dengan kondisi apapun. Selalu niatkan untuk mencari cara agar lebih dekat dengan Nya. Bisa saja, diberi kemudahan, lalu bersyukur. Atau diberi cobaan lalu bersabar. Kan sama-sama cara untuk lebih dekat dengan Nya. Klise memang, tapi ini adalah cara terbaik untuk tetap waras. Human can not depend on something mortal, like other human, or expectation. That’s crazy and stressful.

Jadi siapa yang aku temukan? Tentu bertemu dengan orang-orang hebat dan baik. Mereka mengajariku untuk tumbuh dan berkembang, yah tepat seperti mata pelajaran biologi SMP. Sejatinya bukan primer atau sekunder lagi, namun lebih ke being and becoming. Being human and becoming better human.

Bukankah semua ini terjadi tidak dengan begitu saja? Seperti pepatah, ada udang di balik bakwan goreng crispy dengan sambal terasi. Satu hal yang selalu ku nantikan adalah alasan di balik pertemuan. Setiap pertemuan bahkan dengan kucing tetangga seberang jalan menjadi sebuah pesan untuk bersabar dengan kerinduan. Namun seringkali aku tidak bersabar dengan alasan dibaliknya, dan seolah membiarkan prasangka aneh muncul mengikuti setelahnya. Sungguh menikmati proses adalah cara terbaik dari segala survival way of life. Jika masih sulit menikmati, maka setidaknya jangan jadikan perjalanan sebuah beban. Then you’ll be okay.

All iz well.

--

--

No responses yet